Senin, 24 Januari 2011

LEBARAN

Kalau 3 Tahun lalu aku merasakan nuansa beda saat beridul fitri di kampung halaman sudah barang tentu ada sebabnya, Sekarang dengan keluarga satu istri dan anak aku rupanya telah menjadi seorang ayah, kalau 3 tahun lalu ku lalui dengan bersilaturahmi ke kampung halaman sendiri, sekarang masa2 itu terlewat dengan melintasi hari2 lebarab bersama keluarga istri.
Lain lubuk lain ikannya, ya.........memang benar, ketika aku di kampung halaman nuansa idul fitri alias lebaran sangat terasa bahkan sejak awal ramadhan. Berbeda halnya dengan lebaran yang kulewati di kampun mertua, bahkan setelah sholat ied pun nuansanya sangat sangat berbeda, tidak ada hal yang mencolok bahkan boleh dibilang sangat sederhana.
Begitulah agaknya dalam hidup, kadang budaya sangat menentukan pola hidup kita. Ada yang beda kurasakan saat aku berlebaran di sambas kampung halamanku, disana nuansa kekeluargaanya sangat terasa, orang2 saling bertegur sapa, bertamu dari rumah kerumah, menghiasi masing2 rumahnya dengan seoptimal mungkin. Semakin meriah dengan di pasang umbul2 seakan benar2 merayakan kemenangan besar setelah sebulan penuh berpuasa.
Budaya beraye, yang menjamu setiap tamu yang datang kerumah, dari anak2 sampai orang tua sangat membumi.